KITA MENYATU NAMUN
TERPISAH
Bukankah kita masih
satu?
Dalam teriakan gema
malam
Dalam tarian riang
gelombang
Akh, begitu goyah dan
lemahnya
Kentara hati di gelap
suram
Sebenarnya kita masih
satu
Dalam berkaca beralpis
rasa cinta
Berliku dan setapak hati
Menemukan sebatang tunas
dalam hutan belukar sunyi
Akankah kau jadi arah
Hingga
dapat ku menangkap kesan manis
Dalam
senyuman manis itu?
Akankah
kau jadi pelita
Dalam
tenda-tenda yang dikelilingi binatang berbisa
Karena
dikau kasihku
Sampai
kerlap-kerlip kunang-kunang saat malam menerkam
Daku
tak mau mati di sini
Karena
disini nisanku tak tertanam
Aku
ingin ke pantai, bermain ombak
Memandang
cakrawala sejauh mungkin
Berarak
mata mendekap sejauh lepas
Mendaki
hasrat terjatuh di terjalnya bebatuan
Keras
seperti hati
Mendekam
gua sempit terhalang sarang laba-laba nan bau, pengap
Aku
tersiksa
Pergi
ku mencari kata sayang yang hilang
Di
telan angin-angin rakus yang menerpa
Saat
pergi jauh
Aku
nelangsa
Jauh
lengkungan jiwa yang resah
Menatap
kecewa, jauh tak tergapai
Memandangmu,
menari di riak gelombang
Suara
yang makin tak jelas
Telingaku
tuli
Aku
terpisah
Apatah
dikau mengulurkan tali keras yang terus kunanti
Untuk
berpegang dan kau tarik dengan segenap tenagamu
Embun
murnimu ku harap, hingga dahaga terobati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar